Tetap Asi Eksklusif Meski Rintangan Menghampiri
Aku wanita yang bekerja dan menikah di usiaku 26 tahun, dengan kondisi fisik tangan kananku yang cacat karena kecelakaan kendaraan dan masih minum obat antibiotik. Alhamdulillah tidak lama setelah menikah dinyatakan positif hamil, senang sekali karena itu memang harapanku, begitu menikah ingin segera memiliki anak tanpa menundanya. Keluarga tentu was was karena kondisi hamil muda dan sebelum tahu hamil masih mengkonsumsi antibiotik, ya tentu saja keluargaku khawatir anakku tidak sempurna fisiknya. Begitu tahu aku hamil, langsung ku stop semua obat yang aku konsumsi. Saat itu juga ku berkeinginan kalau anakku lahir akan memberikan ASI Eksklusif. Waktu berjalan hingga usia kehamilanku masuk usia 3 bulan, kondisi tanganku nyeri luar biasa karena siku palsu yang ada di dalam tubuh tanganku posisinya bergeser tidak pada tempatnya, hingga akhirnya ku memeriksakan kondisi tanganku. Dokter orthopedi mengatakan siku palsu harus segera di lepas karena posisinya bergeser. Mendengar hal itu, pikiranku kalut dan aku bersedih yang artinya aku harus menjalani operasi dalam keadaan hamil. Dokter Orthopedi bekerjasama dengan dokter Obsgyn mengatakan aku harus bersabar menunggu untuk dilakukan operasi sampai janin yang ada dalam kandunganku cukup kuat hingga usia 4 bulanan. Singkat cerita, aku menjalani operasi dengan pembiusan total saat hamil usia 4,5 bulan. Aku bercerita pada ibuku saat usia kandungan 5 bulan, bahwa ku tidak merasakan kedutan tanda janinku sedang bergerak. Mendengar hal itu, ibuku hanya diam dan tampak wajahnya khawatir, dan aku hanya bisa berdoa semoga anakku kuat, anakku baik-baik saja, sehat dan fisik lengkap sempurna, namun tetap ada rasa khawatir dan meneteskan air mata sambil juga mengatakan ku akan terima dan rawat anakku apapun kondisinya.
Aku yang ingin anakku sehat, semua nutrisi bergizi aku konsumsi, vitamin kandungan tidak pernah absen, namun obat antibiotik pasca operasi tangan waktu itu terpaksa aku konsumsi untuk mencegah infeksi anjuran dokter orthopedi dan tetap dalam persetujuan dokter obsgyn. Pikiranku yang terkadang terlintas hal tidak baik tentang anakku selalu aku tangkis dengan mengatakan “Jangan Ya Allah, Allah Maha Penyayang tolong berikan kesehatan untukku dan anakku” dan sangat tinggi keinginanku untuk memberikan ASI Eksklusif. Semua bacaan di google tentang menyusui, sukses menyusui, pompa ASI, cara menyimpan dan memberikan ASIP, semua hal tentang ASI selalu aku baca setelah pulang kerja, sampai saat itu aku juga baru tahu ada istilah lulus S1, S2, S3 ASI heehee. Gelar ini diberikan untuk pencapaian menyusui eksklusif selama 6 bulan pertama (S1), ASI diteruskan hingga usia bayi setahun (S2), dan lanjut tetap mendapatkan ASI sampai umur anak 2 tahun atau lebih (S3). Semangatku berkobar hingga sangat berkeinginan memberikan ASI sampai 2,5 tahun. Aku sangat prepare untuk memberikan ASI nantinya ketika anakku lahir, dari peralatan seperti botol kaca ASIP, tas ASIP (cool bag), ice pack, pompa ASI elektrik yang menurutku lumayan mahal harganya 2,5 juta pada awal tahun 2014 pun aku beli dengan menabung sebelumnya karena aku membutuhkannya dengan tangan kananku yang tidak bisa memompa.
Tibalah saatnya anakku lahir dengan persalinan normal Juli 2014, awal lahir sekitar 20 detik anakku tidak menangis, cemas iya, karena selama kehamilan 3 bulan sebelum persalinan anakku bergeraknya tidak aktif seperti cerita ibu-ibu hamil yang lain. Alhamdulillah lewat detik tersebut aku bisa mendengar suaranya, aku bahagia dan bersyukur karena anakku lahir sehat tanpa cacat fisik, dan langsung oleh tenaga medis dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), anakku mencari puting payudaraku dan berhasil langsung menghisap, rasanya luar biasa sangat bersyukur.
Ternyata menyusui awal anak pertamaku tidak selancar ekspektasiku. Anakku terus menangis karena ASI ku tidak kunjung keluar. Tetap aku rangsang menyusu akhirnya keluar juga kolostrum (ASI pertama keluar berwarna kuning keemasan) yang manfaatnya bagus sekali untuk kekebalan anak. Anakku adalah cucu pertama dari orangtuaku, cucu laki-laki dimana semua anak orangtuaku perempuan (tiga perempuan semua) tahu sendiri kan ya seperti apa bahagianya kedua orangtuaku. Masih posisi di RS setelah melahirkan, walaupun sudah minum ASI ku, ternyata anakku masih terus saja menangis, ibuku yang tidak tega mendengar anakku menangis terus, dan berfikir ASI ku tidak keluar deras dan anakku masih lapar akhirnya keluar tanpa aku tahu membeli Susu Formula (Sufor). Hancur sudah hatiku saat itu melihat ibuku membawa sekotak Sufor, dan hanya bisa pasrah anakku minum sufor dengan botol. Aku merasa sangat sedih, namun selalu teringat dari artikel yang pernah ku baca bahwa ASI tidak akan pernah keluar kalau aku sedih, mau payudara sedang penuh-penuhnya. ASI akan keluar lancar kalau aku bahagia. Ku usahakan tersenyum sambil melihat anakku, ku coba terus rangsang menyusu denganku.
Selama di rumah, ibuku masih berusaha ingin memberikan anakku sufor walaupun ASIku keluar, namun kelihatannya tidak deras. Aku umpetin sufornya dong, hahaa.. tidak ketemu di cari, heehee. Saat ibuku bilang anakku tidak kenyang, ASI ku sedikit, aku bilang “Ibu, kalau ASI ku tidak banyak tidak mungkin anakku pipis dan pup nya banyak”. Ibuku diam, karena kenyataannya memang anakku pipis terus dan pup nya banyak. Alhamdulillah setelah itu anakku minum ASI terus.
Rintangan selanjutnya adalah persiapan menabung ASIP karena cuti setelah melahirkan 1,5 bulan dan ku harus mempersiapkan ASIP yang cukup selama ku bekerja. Pertama kali memompa ASI hanya 15 cc yang keluar itu sudah 1 jam, rasanya sedih banget, dan bertambah sedih ketika dibandingkan juga dengan hasil pompa ASI saudara sepupu yang anaknya sudah berusia 5 bulan, dengan alat pompa ASI yang sama, lagi-lagi ASI ku dibilang sedikit isinya. Satu-satunya penyemangatku saat keluargaku sendiri yang membuat down, suami juga jauh kerjanya, penyemangatku itu adalah pengalaman ibu-ibu pejuang ASI yang sharing di google terkait ASI perah (ASIP). Pengetahuanku semakin bertambah, walaupun aku juga seorang tenaga kesehatan, yang sudah tahu tentang ASI ternyata banyak ilmu yang ku juga baru mengetahui. Aku bagikan ya, sedikit poin penting ilmu apa saja yang ku dapat sewaktu kuliah dan pengalaman pemberian ASI sendiri:
- Payudara ukuran kecil, sedang, besar tidak mempengaruhi produksi ASI. Jadi, Ibu-ibu tidak perlu khawatir semisal ukuran payudara kecil ya tidak berpengaruh apapun tetap bisa menyusui sampai gelar S3.
- ASI memang betul tidak akan keluar kalau kita stres. ASI keluar lancar kalau Ibu menyusui senang, jadi buatlah diri kita sendiri happy,. Makanya banyak juga kan ibu-ibu ukuran payudara besar namun ASI tidak keluar, salah satu faktornya adalah stres selain faktor-faktor lain seperti adanya penyakit misalnya.
- Semakin sering ASI disusukan atau dipompa, maka ASI akan terus di produksi, dan jumlah yang dikeluarkan semakin bertambah jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi. Nah ini harus kita ketahui, bayi usia satu bulan, kebutuhan ASInya berbeda dengan usia 3 bulan, 5 bulan, dll. Lambung bayi yang baru lahir hanya seukuran kelereng, jadi wajar kalau ada Ibu menyusui baru pertama kali keluarnya cuma sedikit, semakin bertambah usia ukuran lambung bayi semakin besar, dan tentu saja menyusunya lebih banyak ASInya otomatis makin deras dan lancar.
- ASI berkualitas benar dipengaruhi oleh nutrisi bergizi dan cairan cukup. Jadi ibu menyusui tidak perlu diet, makanan yang kita konsumsi bakal jadi ASI yang berkualitas. Kurangi saja minuman manis ganti dengan air putih.
Nah itu sedikit informasi yang mungkin ada yang ibu menyusui belum tahu ya. Lanjut lagi terkait pompa ASI, ternyata juga kalau ingin dapat ASI lebih banyak bisa dilakukan dengan memopa payudara secara bersamaan, ketika di rumah payudara kanan sedang menyusui anak, payudara kiri kita pompa atau sebaliknya, sewaktu bekerja ku memakai dua alat pompa, payudara kanan dengan elektrik, payudara kiri dengan pompa manual, masyaAllah keluarnya lancar benar..coba deh.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya ku bisa menabung ASI walaupun awal bekerja stok ASI masih sedikit. Bahkan ketika awal ku mulai bekerja lagi ibuku mencoba memberikan sufor lagi, anakku tidak doyan, lebih suka ASIP ku. Hehee.. Ibuku yang tadinya tidak tahu ASI bisa disimpan di kulkas, khawatir cucunya pilek, dll, perlahan paham tentang cara memanaskan ASI, cara pemberian ASI, anakku juga tidak bingung puting, dan justru setelah tahu ku sangat semangat untuk pompa ASI, stok ASIPku makin banyak di freezer, anakku sangat lahap diberikan ASIP, malah ibuku jadi paling semangat mendukungku, dan bangga walaupun bekerja masih bisa memberikan ASI, sampai memberitahu ke orang-orang ini ASIPku sebanyak ini, heehee. Alhamdulillah anakku lulus S3 ASI, rintangan di rumah, bekerja, dinas luar tidak membuatku stop pompa ASI.
Dukungan orang terdekat memanglah penting, bagi yang semangatnya turun ijinkan saya membagikan kalimat positif, kalimat ini yang membuat saya semangat lagi, anak saya lulus S3 ASI dengan waktu 2,5 tahun “Memberikan ASI tidak akan terulang lagi pada anak yang sama, berikanlah ASI dengan penuh cinta dan kasih sayang apapun rintangannya, anak yang diberikan ASI terbukti dalam penelitian lebih kebal daya tahan tubuhnya, tidak mudah sakit, dan lebih cerdas, dan ASI tidak bisa digantikan oleh sufor semahal apapun”.
Berjuanglah setidaknya 6 bulan menyusui atau bisa 1 sampai 2 tahun atau lebih, seperti anjuran Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 233: “Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Saat saya menulis ini, anakku kini berusia 6,5 tahun, perjuanganku memberikan ASI dan ASIP selama 2,5 tahun terbukti Alhamdulillah anakku jarang sekali sakit, dan lebih mudah menangkap sesuatu ketika diajarkan. Bagi yang memiliki rintangan dengan orang tua, mertua, suami, atau siapapun dalam perjalanan menyusui atau pompa ASI, berikan penjelasan yang masuk akal dan tetap santun dalam menyampaikannya, buktikan kalau kita bisa. Semangat ibu-ibu pejuang ASI.
Kembali ke Daftar